Selasa, 28 Maret 2017

Untaian Melodi #1

'Ku kan menunggu tapi tak selamanya'

Sampai mana batasan manusia dapat menunggu? Sampai kapan seorang manusia merasakan lelah?

Aku selalu menunggu dengan gelisah. Setiap tanda kehadiranmu, aku menantinya. Tak pernah sesalku menghabiskan waktu berjam jam, bila akhirnya ku mendengar suaramu. Indah.

Manis. Pahit. Rasanya menunggu seperti ini. Dear demi debar kau tau aku tak akan pernah pergi. Sampai aroma tubuhmu tercium, aku akan terus awas.

Tapi kau tau, manusia punya lelah. Bagaimana jika suatu hari aku memutuskan berhenti?

Diatas lantai ubin ini, dingin. Maaf.

Menunggumu sangat melelahkan.

Kamis, 07 Juli 2016

Kekaguman #2: Kata demi kata

Jujur, ini pertama kalinya aku ikut kepanitian atau sejenisnya. Aku nggak tau mau ikut apa, akhirnya aku putuskan untuk ikut scrabble. Aku lupa kapan dan gimana caranya aku ikut scrabble, tapi aku tiba-tba ada disini. Sumpah aku lupa.

Yah pokoknya disinilah aku sekarang. Ngedanus dan ngerapihin scrabble. Ngitungin tiles. Dan dateng pagi-pagi nyiapin meja dan segala macemnya. Aku nggak mengekspektasikan apa-apa hari ini. Pokoknya aku jadi panitia scrabble terus kalo udah selesai, aku pulang.

Aku dateng ke meja pendaftaran dan liat-liat nama pesertanya. Aku liat satu-satu dan ada beberapa nama angkatan aku yang aku kenal disitu. Lalu mataku berhenti pada satu nama. Aku melihat nama belakangnya.

Dia ikut scrabble?

Tanpa sadar aku tersenyum. Aku merubah rencana hari ini. Aku jadi panitia scrabble, aku menikmati waktu ngeliat dia main scrabble, dan aku pulang.

Aku menunggu sekitar sejam sampai pesertanya datang semua. Aku melihat dia datang. Beberapa panitia yang lain menyapanya. Mereka seangkatan. Aku liat dia duduk dan permainan scrabble dimulai. Aku nggak yakin apa aja yang terjadi hari itu. Tapi seperti biasa, aku hanya butiran panitia yang nggak dia notice. Aku juga cukup sibuk dengan urusan kepanitianku dan beramah tamah kepada para peserta.

Sekali lagi, dia nggak sadar aku ada.

Sabtu, 02 Juli 2016

Kekaguman #1 : Pertemuan

Entahlah.

Entah kenapa, aku memutuskan untuk membuat tulisan ini. Aku hanya nggak tau gimana caranya melakukan hal-hal kecil disekitarku. Aku bukannya mati rasa atau trauma atau gimana. Aku nggak selebay itu. Tapi aku harap kamu mengerti dengan membaca. Bahwa terkadang, aku yang seperti itu bukan aku yang sebenarnya.

Kapan ya aku mulai mengenalnya. Yang pasti, aku nggak tau perasaanku sejauh mana. Kalau dibandingkan dengan yang kemarin, sepertinya masih belum sebesar itu. Tapi aku yakin ini cukup besar buatku untuk memikirkannya, membawanya ke dalam mimpi, merangkai masa depan dengannya. Aku mungkin nggak bisa mengukurnya karena cinta bukan vektor. Yang aku tau, aku suka sama dia.

Semua berawal dari kegiatan naik gunung, turun gunung, dimarah-marahin sekdis, dan tidur di tenda basah itu. Semua berawal dari situ. Kamu harus tau, aku jarang banget suka pada pandangan pertama. Jarang banget.

Tapi hari itu, aku yang penampilannya kayak gembel, jatuh cinta (mungkin, atau tertarik?) sama kamu yang seksi keamanan. Atau aku bilang aja satpam biar cepet haha. Aku ingat waktu itu adalah pos ketujuh. Tentang AJTYL yang au nggak tau. Soalnya aku nggak ikut alurnya waktu itu. Aku ingat kamu berdiri dengan muka kamu yang flat dan dingin. Sama sekali nggak senyum. Menatap kearah kami. Entah apa yang aku pikirkan. Aku hanya melihat ke nametagmu dan membaca sekilas ada nama belakangmu. Aku bahkan nggak tau nama kamu. Dan meskipun aku memperkenalkan diri saat itu pun, aku tau kamu nggak ingat nama aku sampai kamu dan aku berada di organisasi yang sama saat ini.

Karena kelompokku adalah yang terakhir, kamu ngikutin di belakang kita. Aku cukup kesulitan berjalan karena aku sempet kepleset beberapa kali. Adit sempet nawarin buat bawain tas aku tapi aku tau dia juga nggak enak badan jadi aku tolak aja. Kaki aku sakit, tapi aku masih bisa jalan kok tenang aja. Lalu tiba-tiba, dari belakang kamu bertanya "kenapa?" Aku langsung bilang, "nggak". "nggak apa-apa, kang"

Mulai hari itu, kamu aku panggil ‘Akang KAB’.

Akang KAB yang aku ceritain ke temen-temenku. Akang KAB yang sering ketemu di belokan Prodi tapi aku yakin kamu nggak pernah notice aku. Karna kamu Cuma lewat begitu aja. Woosh~ seperti aku adalah bagian dari cat tembok yang menempel pada dinding. Aku nggak pernah punya kesempatan buat tersenyum sama kamu karena kamu nggak pernah sadar aku ada. Aku pengen melihat ke kedua bola mata kamu tapi kamu selalu fokus dengan dunia kamu.

Kamu nggak pernah sadar. Aku sepertinya, tertarik dengan duniamu.