Entahlah.
Entah kenapa, aku
memutuskan untuk membuat tulisan ini. Aku hanya nggak tau gimana caranya
melakukan hal-hal kecil disekitarku. Aku bukannya mati rasa atau trauma atau
gimana. Aku nggak selebay itu. Tapi aku harap kamu mengerti dengan membaca.
Bahwa terkadang, aku yang seperti itu bukan aku yang sebenarnya.
Kapan ya aku mulai
mengenalnya. Yang pasti, aku nggak tau perasaanku sejauh mana. Kalau
dibandingkan dengan yang kemarin, sepertinya masih belum sebesar itu. Tapi aku
yakin ini cukup besar buatku untuk memikirkannya, membawanya ke dalam mimpi,
merangkai masa depan dengannya. Aku mungkin nggak bisa mengukurnya karena cinta
bukan vektor. Yang aku tau, aku suka sama dia.
Semua berawal dari
kegiatan naik gunung, turun gunung, dimarah-marahin sekdis, dan tidur di tenda
basah itu. Semua berawal dari situ. Kamu harus tau, aku jarang banget suka pada
pandangan pertama. Jarang banget.
Tapi hari itu, aku yang
penampilannya kayak gembel, jatuh cinta (mungkin, atau tertarik?) sama kamu
yang seksi keamanan. Atau aku bilang aja satpam biar cepet haha. Aku ingat
waktu itu adalah pos ketujuh. Tentang AJTYL yang au nggak tau. Soalnya aku
nggak ikut alurnya waktu itu. Aku ingat kamu berdiri dengan muka kamu yang flat
dan dingin. Sama sekali nggak senyum. Menatap kearah kami. Entah apa yang aku
pikirkan. Aku hanya melihat ke nametagmu dan membaca sekilas ada nama
belakangmu. Aku bahkan nggak tau nama kamu. Dan meskipun aku memperkenalkan
diri saat itu pun, aku tau kamu nggak ingat nama aku sampai kamu dan aku berada
di organisasi yang sama saat ini.
Karena kelompokku adalah yang terakhir, kamu ngikutin di belakang kita. Aku cukup kesulitan berjalan karena aku sempet kepleset beberapa kali. Adit sempet nawarin buat bawain tas aku tapi aku tau dia juga nggak enak badan jadi aku tolak aja. Kaki aku sakit, tapi aku masih bisa jalan kok tenang aja. Lalu tiba-tiba, dari belakang kamu bertanya "kenapa?" Aku langsung bilang, "nggak". "nggak apa-apa, kang"
Mulai hari itu, kamu aku
panggil ‘Akang KAB’.
Akang KAB yang aku
ceritain ke temen-temenku. Akang KAB yang sering ketemu di belokan Prodi tapi
aku yakin kamu nggak pernah notice aku. Karna kamu Cuma lewat begitu aja.
Woosh~ seperti aku adalah bagian dari cat tembok yang menempel pada dinding.
Aku nggak pernah punya kesempatan buat tersenyum sama kamu karena kamu nggak
pernah sadar aku ada. Aku pengen melihat ke kedua bola mata kamu tapi kamu
selalu fokus dengan dunia kamu.
Kamu nggak pernah sadar. Aku sepertinya, tertarik dengan duniamu.